Kamis, 14 April 2011

Jurnal Magang Salman Rusdi | Kisah Sepasang Burung

Dulu ada se ekor burung betina yang sedang mencari cinta, meskipun telah dilarang oleh induknya untuk mencari cinta namun tetap saja dia terbang kesana kemari mencari keindahan cinta,
sampai pada suatu saat dia telah menemukan pejantan yang telah lama ia cari, lalu ia ungkapkan perasaan cinta itu dan alangkah bahagianya sang betina itu karena cintanya telah diterima dan disambut dengan mesra oleh sang pejantan, namun alangkah sedihnya sang pejantan ketika sang betina bercerita tentang kehidupannya dengan keluarganya, tentang masalah yang dialami sang betina dengan ayahnya, tapi sang pejantan sanggup menerima keadaan sang betina yang seperti itu, walaupun sang betina telah menemukan cintanya tapi setiap pagi ia menangis dan sang pejantan itu selalu menghiburnya, selalu mengajak sang betina untuk terbang, berkicau dan menikmati indahnya kehidupan, ternyata upaya keras sang pejantan membuahkan hasil, sang betina pun kini memiliki gairah untuk melanjutkan kehiduannya yang sempat akan terhenti, kini setiap pagi sang betina selalu berkicau dengan merdu, mereka hidup bahagia, kemanapun sang pejantan terbang sang betina selalu menemani begitupun sebaliknya, semua rintangan yang datang selalu mereka hadapi bersama, tak se ekor burung pun yang mampu memisahkan mereka, kini sepasang burung itu telah terbang tinggi dan menikmati indahnya kasih sayang, namun pada suatu saat munculah sebuah masalah keluarga yang menerpa mereka, sepasang burung itupun dipaksa untuk saling berjauhan, namun tetap saja mereka tidak bisa membohongi isi hati mereka, mereka tetap bersama namun kali ini mereka tidak pernah berkicau dan akhirnya sifat sang betina kepada pejantannya pun berubah, kini sang betina tak lagi perhatian seperti dulu dan sebuah kicauan pendek dari sang betina " cintaku kepadamu tak seperti dulu lagi, kau telah merusak kehidupan ku " kicauan itu mematahkan sayap - sayap cinta sang pejantan, ketika mendengar kicauan itu sang pejantan langsung terjatuh, lemas dan tidak bisa berbuat apa - apa lagi,
dalam keadaan lemas dan terkapar sang pejantan menuliskan selembar surat untuk sang betina
" Dulu kau datang padaku dalam keadaan lemah, tak mempunyai gairah untuk hidup, lalu kau ku bangkitkan, setiap pagi kau ku hibur dengan kicauanku, hingga akhirnya kau bisa bangkit, dan kita bersama - sama terbang tinggi, namun ketika kita sudah terbang tinggi dengan sedikit kicauan mu itu kau telah merusak sayap cintaku, bagaimana aku tebang menyusulmu jika sayap - sayap ku telah patah karena mu, kau maki aku, sepertinya kau sudah lupa akan jasaku dulu, kau sudah lupa akan pengorbananku dulu, hingga kini sepertinya ku tak berharga dimatamu, siapakah gerangan yang telah merubah sifat perhatian mu ? Dia yang mana yang datang merebut semi bungan cintamu? Dia yang mana yang mampu mengalihkan rasa sayangmu? Lidah siapa yang manis bermadu dulu berkata ( cintaku takkan pernah berubah sedikitpun ) tidak ku duga ini semua terjadi "

Namun alangkah hebatnya sang pejantan itu, karena meskipun telah disakiti, rasa sayangnya tak berubah sedikitpun, dan dia yakin pasti suatu saat sang betina itu akan kembali seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar